Kamis, 09 Agustus 2012


STRATEGI PEMBELAJARAN

1.      Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE)
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakanakan sudah jadi. Karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan strategi ”chalk and talk”.
Karakteristik Pembelajaran Ekspositori :
A.  Penyampaian materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah.
B.  Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.
C.  Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.

2.      Strategi Pembelajaran Inquiri (SPI)
Strategi pembelajaran Inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic.
Ciri-ciri Strategi Pembelajaran Inkuiri
A.    Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
B.     Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri {self belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa.
C.     Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran  yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.
Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial
Terjadinya ledakan pengetahuan, menuntut perubahan pola mengajar dari yang hanya sekadar mengingat fakta yang biasa dilakukan melalui strategi pembelajaran dengan metode kuliah (lecture) atau dari metode latihan (drill) dalam pola tradisional, menjadi pengembangan kemampuan berpikir kritis (critical thinking). Strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir itu adalah strategi inkuiri sosial.
Menurut Bruce Joyce, inkuiri sosial merupakan strategi pembelajaran dari kelompok sosial (social family) subkelompok konsep masyarakat (concept of society). Subkelompok ini didasarkan pada asumsi bahwa metode pendidikan bertujuan untuk mengembangkan anggota masyarakat ideal yang dapat hidup dan dapat mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat. Karena itulah siswa harus diberi pengalaman yang memadai bagaimana caranya memecahkan persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat.
Inkuiri sosial dapat dipandang sebagai suatu strategi pembelajaran yang berorientsi kepada pengalaman siswa. Ada tiga karakteristik pengembangan strategi inkuiri sosial. Pertama, adanya aspek (masalah) sosial dalam kelas yang dianggap penting dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas. Kedua, adanya rumusan hipotesis sebagai fokus untuk inkuiri. Ketiga, penggunaan fakta sebagai pengujian hipotesis.

3.      Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)
Strategi pembelajaran Berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelasaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Belajar bukan semata-mata proses menghapalkan fakta-fakta tetapi juga proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Perkembangan tidak hanya dlam proses psikologi, tetapi juga afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problematika yang dihadapinya.
Terdapat 3 ciri dari SPBM, yakni :
A.    Merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran. Artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Siswa harus aktif berpikir, berkomunikasi, mencari, dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
B.     Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk memecahkan masalah. Kunci dari pembelajaran adalah “masalah”
C.     Pemecahan masalah menggunakan pendekatan berpikir ilmiah dengan proses berpikir deduktif induktif. Proses berfikir secara sistematis dan dan empiris.
Antar SPI dan SPMB memiliki perbedaan dalam hal jenis masalah dan tujuan yang ingin dicapai. Pada SPI masalah bersifat tertutup, artinya jawaban masalah sudah pasti. Guru membimbing siswa melalui tanya jawab menuju jawaban sebenarnya yang sudah pasti dan sudah dipahami guru. Sedangkan pada SPBM masalah bersifat terbuka, jawaban belum pasti. Siswa diharapkan mengeksplorasi mengumpulkan data, berpikiran kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah secara empiris dan ilmiah.

4.      Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPPKB)
Merupakan strategi pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaah fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan. Pengembangan kemamupuan siswa disini artinya siswa dapat mengembangkan gagasan atau ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal. Pemanfaatan pengalaman anak sebagai titik tolak berpikir merupakan hal yang membedakan SPPKB dengan SPI.
SPPKB merpakan strategi yang diarahkan agar peserta didik bukan hanya  mengingat dan memahami berbagai fakta, data, dan konsep akan tetapi bagaimana fakta, data, dan konsep tersebut dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir siswa dalam memecahkan masalah.
Karakteristik SPPKB :
A.    Menekankan pada proses mental siswa secara maksimal  melalui aktivitas dalam berfikir.
B.     Dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus menerus.
C.     Menyandarkan pada 2 sisi yang sama pentingnya yakni sisi proses dan sisi hasil. Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sedangkan sisi hasil diarahkan untuk mengkonstruk pengetahuan atau penguasaan materi pelajaran baru.

5.      Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
Merupakan pembalajaran denagn sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang, kemamuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku bangsa yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Dan setiap anggota kelompok akan memperoleh reward, jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang disyaratkan. Dengan demikian setiap kelompok akan memiliki ketergantungan positif. Ketregantungan semacam ini yang yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan ketrampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok.
Karakteristik Strategi Pembelajaran Kooperatif meliputi :
A.    Pembelajaran secara Team atau kelompok heterogen
B.     Didasarkan pada managemen kooperatif. Managemen memiliki 4 fungsi pokok yang meliputi : Fungsi perencanaan, fungsi organisasi, pelaksanaan, dan kontrol
C.     Ada kemauan untuk bekerja sama. Selain individu dalam kelompok ,emiliki tanggung jawab masingp-masing, mereka juga memiliki kewajiban membantu anggota kelompoknya yang butuh bantuan.
D.    Ketrampilan dalam bekerja sama yang meliputi kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, menyampaikan ide serta berkontribusi terhadap keberhasilan kelompoknya.

6.      Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Strategi Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Karakteristik Pembelajaran CTL
A.           Kerjasama.
B.            Saling menunjang.
C.            Menyenangkan, tidak membosankan.
D.           Belajar dengan bergairah.
E.            Pembelajaran terintegrasi.
F.             Menggunakan berbagai sumber.
G.           Siswa aktif.
H.           Sharing dengan teman.
I.              Siswa kritis guru kreatif.
J.              Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain.

7.      Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan untuk mencapai pendidikan kognitif saja, akan tetapi juga bertujuan untuk mencapai dimensi yang lainnya, yaitu sikap dan keterampilan afektif berhubungan dengan volume yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam, afeksi juga dapat muncul dalam kejadian behavioral yang di akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Sikap (afektif) erat kaitannya dengan nilai yang dimiliki oleh seseorang, sikap merupakan refleksi dari nilai yang dimiliki, oleh karenanya pendidikan sikap pada dasarnya adalah pendidikan nilai. Nilai, adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifat – sifatnya tersembunyi, tidak berada dalam dunia yang empiris. Nilai berhubungan dengan pandangan seseorang tentang baik dan buruk, layak dan tidak, pandangan seseorang tentang semua itu, tidak bisa dirubah. Kita mungkin hanya dapat mengetahui dari prilaku yang bersangkutan oleh karena itu, nilai pada dasarnya adalah standar perilaku sesorang. Dengan demikian, pendidikan nilai pada dasarnya proses penanaman perilaku kepada peserta didik yang diharapkan kepada siswa dapat berperilaku sesuai dengan pendangan yang di anggap baik dan tidak bertentangan dengan norma – norma yang berlaku.





Daftar Pustaka :

Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group
http://hipni.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar