46. Problem Based Introductuon/ PBI (Pembelajaran Berdasarkan Masalah)
Problem Based
Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi
peserta didik, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan
memfasilitasi penyelidikan dan dialog. pemecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Langkah-langkah :
a.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan sarana atau alat
pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi peserta didik terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah yang dipilih.
b.
Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik,
tugas, jadwal, dll.)
c.
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah,
pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
d.
Guru membantu peserta didik dalam merencanakan menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
e.
Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
f.
Kesimpulan
47.
TAI
(Team Assisted Individualy)
Terjemahan bebas
dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK). Model
pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran yang membentuk
kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda
untuk saling membantu terhadap peserta didik lain yang membutuhkan bantuan.
Dalam model ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu peserta didik yang
pandai bertanggung jawab terhadap peserta didik yang lemah. Peserta didik yang
pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan peserta
didik yang lemah dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut:
a.
Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk
mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh
guru.
b.
Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok
terdiri dari 4-5 peserta didik dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda
(tinggi, sedang, dan rendah).
c.
Hasil belajar peserta didik secara individual
didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok
saling memeriksa jawaban teman satu kelompok. peserta didik belajar kelompok
dengan dibantu oleh peserta didik pandai anggota kelompok secara individual,
saling tukar jawaban, saling berbagi.
d.
Guru memfasilitasi peserta didik dalam membuat
rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang
telah dipelajari.
e.
Guru memberikan kuis kepada peserta didik secara individual.
f.
Guru memberi penghargaan bagi kelompok
48.
Demostration
Cara penyajian pelajaran dengan memperagakan
dan mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu proses, situasi atau
benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam
bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain ahli dalam
topic bahasan yang harus didemonstrasikan. Metode ini biasanya berkenaan dengan
tindakan-tindakan atau prosedur yang dilakukan, misalnya: proses mengerjakan sesuatu,
membandingkan suatu cara dengan cara lain, untuk mengetahui / melihat kebenaran
sesuatu.
Langkah-langkah :
a.
Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b.
Guru
menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
c.
Menyiapkan
bahan atau alat yang diperlukan
d.
Menunjuk
salah seorang peserta didik untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah
disiapkan.
e.
Seluruh
peserta didik memperhatikan demontrasi dan menganalisisnya.
f.
Tiap
peserta didik mengemukakan hasil analisisnya dan juga pengalaman peserta didik
didemontrasikan.
g.
Guru
membuat kesimpulan.
49. Pembelajaran
Bersiklus
(cycle learning)
Pembelajaran efektif secara bersiklus,
dimulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan
diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan
prasyarat, eksplanasi berarti mengenalkan konsep baru dan alternative
pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Bersiklus (cycle
learning) yaitu :
a.
Peserta
didik dikelompokan menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
b.
Fase
eksplorasi, mengembangkan kreativitas anak dengan bantuan media untuk menemukan
konsep yang dipelajari sehingga menimbulkan pengalaman baru untuk membangkitkan
minat anak agar senang belajar matematika.
c.
Fase
Invention, menciptakan suatu konsep, prinsip, serta hubungan-hubungan yang
secara langsung berkaitan dengan hasil eksplorasi.
d.
Peserta
didik diminta mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari situasi masalah yang
diajukan. peserta didik diberi kesempatan untuk menerapkan pemahaman baru
pada konteks yang berbeda.
e.
Fase
Discovery, peserta didik menemukan pemecahan masalahnya berdasarkan kesepakatan
kelompok.
f.
Wakil
dari kelompok peserta didik tampil di depan kelas mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya.
g.
Kelompok
lain melengkapi, dan menyimpulkannya.
50.
Problem
Posing
Bentuk lain dari problem posing adalah problem posing, yaitu pemecahan
masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi
bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami.
Langkah-langkah
Pendekatan Pembelajaran Problem Posing, yaitu :
a.
Peserta
didik dikelompokkan 5 atau 6 orang yang heterogen
b.
Peserta
didik dihadapkan pada situasi masalah
c.
Berdasarkan
kesepakatan peserta didik menganalisis masalah dalam hal jalan keluar,
identifikasi kekeliruan, meminimalisasi tulisan-hitungan, cari
alternative, menyusun soal-pertanyaan
d.
Berdasarkan
kesepahaman peserta didik menyelesaikan masalah
e.
Peserta
didik mempresentasikan hasil pemecahan masalah.
51. CIRC
(Cooperative Integrated Reading Composition)
CIRC atau Kooperatif Terpadu Membaca dan
Menulis termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang pada
mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis yaitu
sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan
menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC telah berkembang
bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga pelajaran eksak seperti
pelajaran matematika.
Model pembelajaran ini, dibagi menjadi beberapa fase :
a.
Fase orientasi : Guru melakukan
apersepsi dan pengetahuan awal peserta didik tentang materi yang akan
diberikan. Selain itu juga memaparkan tujuan pembelajaran;
b.
Fase organisasi : Guru membagi peserta
didik ke dalam beberapa kelompok, secara heterogen (4-5 anak). Membagikan bahan
bacaan tentang materi yang akan dibahas kepada peserta didik. Selain itu
menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan tugas yang harus diselesaikan
c.
Fase pengenalan konsep : Mengenalkan tentang
suatu konsep baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi.
Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, film, kliping,
poster atau media lainnya.
d.
Fase publikasi : Peserta didik
mengkomunikasikan hasil temuan-temuannya, membuktikan, memperagakan tentang
materi yang dibahas baik dalam kelompok maupun di depan kelas.
e.
Fase penguatan dan refleksi : Guru
memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang dipelajari melalui penjelasan-penjelasan
ataupun memberikan contoh nyata dalam kehidupan seharihari.
f.
Evaluasi
52. Model
Pembelajaran Co-op Co-op
Co-op Co-op merupakan model pembelajaran
kooperatif yang berorientasi pada tugas pembelajaran dan peserta didik
mengendalikan apa dan bagaimana mempelajari bahan yang harus ditugaskan kepada
mereka Setiap peserta didik mempunyai topik mini yang harus diselesaikan, dan
setiap kelompok memberikan kontribusi yang menunjang tercapainya tujuan
pembelajaran.
a. Pada awal memulai pembelajaran Co-op
Co-op, guru mendorong peserta didik untuk menemukan dan mengekspresikan
ketertarikan peserta didik terhadap subjek yang akan dipelajari.
b. Guru mengatur peserta didik ke dalam
kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 peserta didik.
c. Guru membiarkan peserta didik
memilih topik untuk kelompok mereka.
d. Tiap kelompok membagi topiknya untuk
membuat pembagian tugas di antara anggota kelompok. Anggota kelompok didorong
untuk saling berbagi referensi dan bahan pelajaran. Tiap topik kecil harus
memberikan kontribusi yang unik bagi usaha kelompok.
e. Setelah para peserta didik membagi
topik kelompok mereka menjadi kelompok-kelompok kecil, mereka akan bekerja
secara individual. Mereka akan bertanggung jawab terhadap topik kecil
masing-masing karena keberhasilan kelompok bergantung pada mereka. Persiapan
topik kecil dapat dilakukan dengan mengumpulkan referensi-referensi yag
terkait.
f. Setelah peserta didik menyelesaikan
kerja individual mereka, mereka mempresentasikan topik kecil mereka kepada
teman satu kelompoknya.
g. Para peserta didik didorong untuk
memadukan semua topik kecil dalam presentasi kelompok.
h. Tiap kelompok mempresentasikan hasil
diskusinya pada topik kelompok. Semua anggota kelompok bertanggung jawab
terhadap presentasi kelompok.
i. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada tiga tingkatan, yaitu pada saat presentasi kelompok dievalusi oleh kelas, kontribusi individual terhadap kelompok dievaluasi oleh teman satu kelompok, presentasi kelompok dievaluasi oleh semua peserta didik.
Evaluasi dilakukan pada tiga tingkatan, yaitu pada saat presentasi kelompok dievalusi oleh kelas, kontribusi individual terhadap kelompok dievaluasi oleh teman satu kelompok, presentasi kelompok dievaluasi oleh semua peserta didik.
53. VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)
Model pembelajaran ini menganggap bahwa
pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di atas,
dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa yang telah dimilikinya dengan
melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada
SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic. Pembelajaran VAK adalah
strategi pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan alat
indra yang dimiliki peserta didik.
·
Visualization adalah bahwa belajar harus
menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan,
membaca, menggunakan media dan alat peraga.
·
Auditory bermakna bahwa belajar haruslah
mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, mengemukakan pendapat, gagasan,
menanggapi dan beragumentasi.
·
Kinestetic bermakna gerakan tubuh
(hands-on, aktivitas fisik), belajar itu haruslah mengalami dan melakukan.
Langkah-langkah Pembelajaran
Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK), yaitu :
a. Peserta
didik dikelompokkan menjadi beberapa kelompok.
b. Peserta
didik diajukan untuk kolaborasi mengeksplor konsep melalui media, peserta didik
mendemonstrasikan alat peraga untuk menggali konsep yang ada di LKS.
c. Peserta
didik bekerja kelompok, sharing, berbagi gagasan, wawasan, pengalaman, dalam
menyelesaikan permasalahan yang ada di LKS.
d. Salah
seorang peserta didik wakil dari kelompok mempresentasikan hasil kesepahaman
dengan kelompoknya.
e. kelompok
lain menanggapi, melengkapi, dan menyimpulakan hasil diskusi.
54.
AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)
Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan
VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman,
perluasan, pemantapan dengan cara peserta didik dilatih melalui pemberian tugas
atau quis.
AIR adalah strategi pembelajaran yang efektif dengan memperhatikan tiga hal, yaitu :
AIR adalah strategi pembelajaran yang efektif dengan memperhatikan tiga hal, yaitu :
·
Auditory, yang berarti indra telinga
digunakan dalam belajar dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara,
mengemukakan pemdapat, menanggapi, presentasi, dan argumentasi.
·
Intellectualy, yang berarti kemampuan
berfikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mengkonstruksi, menerapkan
gagasan, mengajukan pertanyaan, dan memecahkan masalah.
·
Repetition (pengulangan), yang berarti
pemberian kuis, tugas PR agar pemahaman peserta didik lebih luas dan mendalam.
Langkah-langkah Strategi
Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR), yaitu :
a. Peserta
didik dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
b. Guru
membagikan LKS.
c. Guru
mengarahkan dan memberi petunjuk cara penyelesaian konsep yang ada di LKS
dengan cara eksplorasi media pembelajaran (auditory).
d. Secara
berpasangan peserta didik tampil di depan berbagi ide mendemonstrasikan media
untuk memecahkan permasalahan (Intellectualy).
e. Peserta
didik mengerjakan lembar permasalahan secara individu dengan cara mengajukan
pertanyaan (Intellectualy).
f. Diskusi
kelompok (sharing) berbicara, mengumpulkan informasi, membuat model,
mengemukakan gagasan untuk memecahkan permasalahan yang diajukan
(Intellectualy).
g. Wakil
dari kelompok tampil di depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompok, kelompok lain menanggapi, melengkapi, dan menyetujui kesepakatan
(Intellectualy).
h. Seorang
peserta didik wakil dari kelompok kawan menyimpulkan (Intellectualy).
i. Kegiatan
penutupan peserta didik diberi kuis (Repetition).
Model
pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) didasarkan pada pemahaman bahwa
belajar adalah sebuah perilaku sosial. Dalam model pembelajaran ini, peserta
didik didorong untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan berkenaan
dengan suatu topik. Artinya, Model
pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) membangun pemikiran, merefleksi,
dan mengorganisasi ide, kemudian menguji ide tersebut sebelum peserta didik
diharapkan untuk menulis.
Langkah-langkah dalam Model
Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
a.
Guru membagi Lembar Kerja Peserta
didik (LKS) yang berisi masalah yang harus diselesaikan oleh peserta didik.
Jika diperlukan diberikan sedikit petunjuk.
b.
Peserta didik membaca masalah yang
ada dalam LKS dan membuat catatan kecil secara individu tentang apa yang ia
ketahui dan tidak ketahui dalam masalah tersebut. Ketika peserta didik membuat
catatan kecil inilah akan terjadi proses berpikir (think) pada peserta
didik. Setelah itu peserta didik berusaha untuk meyelesaikan masalah tersebut
secara individu.
c.
Peserta didik berdiskusi dengan
teman dalam kelompok membahas isi catatan yang dibuatnya dan penyelesaian
masalah dikerjakan secara individu (talk). Dalam kegiatan ini mereka
menggunakan bahasa dan kata-kata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide
matematika dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas
soal yang diberikan. Diskusi akan efektif jika anggota kelompok tidak terlalu
banyak dan terdiri dari anggota kelompok dengan kemampuan yang heterogen.
d.
Dari hasil diskusi, peserta didik
secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban atas soal (berisi
landasan dan keterkaitan konsep, metode, dan solusi) dalam bentuk tulisan (write)
dengan bahasanya sendiri.
e.
Perwakilan kelompok menyajikan hasil
diskusi kelompok, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.
f.
Kegiatan akhir pembelajaran adalah
membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu
dipilih beberapa atau satu orang peserta didik sebagai perwakilan kelompok
untuk menyajikan jawabannya, sedangkan kelompok lain diminta memberikan
tanggapan.
56.
Pendekatan Pembelajaran Problem Terbuka (OE/ Open
Ended).
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka
artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai
cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency).
Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan
gambar, diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan
berpikir peserta didik, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana
bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).
Langkah-langkah
Pembelajarannya yaitu :
a. Peserta
didik dihadapkan pada problem terbuka yang menekankan bagaimana sampai pada
suatu jawaban.
b.
Guru mengorganisasi pembelajaran,
membimbing peserta didik dan memberikan pengarahan hingga peserta didik dapat
belajar secara mandiri
c.
Peserta didik menemukan pola untuk
mengkonstruksi permasalahannya sendiri.
d.
Peserta didik memecahkan masalah dengan
banyak cara penyelesaian dan mungkin banyak jawaban.
e.
Peserta didik menyajikan hasil
temuannya.
f.
Menyimpulkan
57. Reciprocal Learning
Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan
bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana peserta
didik mau belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik
(1999) mengemukan bahwa belajar efektif dengan cara membaca bermakna,
merangkum, bertanya, representasi, hipotesis. Untuk mewujudkan belajar efektif,
Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi,
pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.
Prosedur Pengajaran Terbalik, yaitu:
a.
membagikan
bacaan pada hari ini
b.
menjelaskan
bahwa Anda akan bertindak sebagai guru pada bagian pertama bacaan;
c.
meminta
peserta didik membaca bagian yang telah ditetapkan
d.
setelah membaca, peserta didik disuruh melakukan
pemodelan;
e. meminta peserta didik membuat
komentar tentang pengajaran guru;
f. peserta didik yang lain membaca
dalam hati bagian yang lain;
g. memilih salah
satu peserta didik yang berperan sebagai guru,
h. membimbing peserta didik yang
berperan sebagai guru, dan
i.
mengurangi
bimbingan peserta didik yang berperan sebagai guru.
58. SAVI
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang
menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki peserta
didik. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna
gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan
melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui
mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan
penndepat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah
menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan,
membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna
bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar
haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui
bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi,
memecahkan masalah, dan menerapkan.
Langkah-langkah
pembelajaran SAVI menurut Meier (2002 : 33-34), yaitu :
a.
Proses pembelajaran dikelompokan yang
terdiri dari 5 atau 6 orang peserta didik yang heterogen.
b.
Proses pembelajaran menggunakan media.
c.
Mendemonstrasikan konsep matematika.
d.
Memecahkan masalah dalam kelompok.
e.
Presentasi hasil diskusi ke depan kelas.
59. MEA (Means-Ends Analysis)
Means-Ends
Analysis terdiri dari tiga unsur kata yakni; Mean, End dan Analysis. Mean
menurut bahasa yakni berarti, banyaknya cara. Sedangkan End adalah akhir atau
tujuan, dan Analysis berarti analisa atau penyelidikan secara sistematis. Jadi,
Means-Ends Analysis adalah strategi belajar mengajar yang menganalisa suatu
masalah dengan bermacam cara sehingga mendapatkan hasil atau tujuan akhir.
pemecahan masalah yang dalam hal ini membagi masalah ke dalam masalah yang
lebih sederhana, atau dari masalah yang khusus ke masalah yang lebih umum.
Sehingga dengan begitu akan mendapatkan kesimpulan atau tujuan pembelajaran
yang lebih dipahami dan dimengerti. Model pembelajaran ini adalah variasi dari
pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan sintaks:
a. Sajikan materi dengan pendekatan
pemecahan masalah berbasis heuristic,
b. Menguraikan pernyataan menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana,
c. Identifikasi perbedaan antara
pernyataan sekarang dan tujuan yang ditentukan.
d. Susun sub-sub masalah sehingga
terjadi koneksivitas
e. Mengurangi pernyataan dengan
menggunakan operasi
f. Ulangi sehingga mendapatkan tujuan
akhir
g. Pilih strategi solusi
Contoh :
Masalah: Selesaikan persamaan 2(x + 1) = 5(x - 2)
Masalah: Selesaikan persamaan 2(x + 1) = 5(x - 2)
Rumusan
Tujuan: Suku x berada di ruas kiri persamaan dan semua suku yang lain berada di
ruas kiri persamaan.
Langkah-langkah:
1.
Pernyataan
sekarang: 2(x + 1) = 5(x – 2)
Perbedaan:
2(x + 1) di kiri, dan 5(x-2) di kanan persamaan.
Gunakan
Operasi: Pada ruas kiri 2 dikalikan dengan x dan 2 dikalikan dengan
1,
pada ruas kanan 5 dikalikan dengan x dan 5 dikalikan dengan
2.
Pernyataan
sekarang: 2x + 2 = 5x – 10
Perbedaan:
2x dikiri, 2 di kiri, 5x di kanan dan -10 di kanan persamaan.
Gunakan Operasi: Tambahkan 10 pada kedua ruas persamaan.
Gunakan Operasi: Tambahkan 10 pada kedua ruas persamaan.
3.
Pernyataan
sekarang: 2x + 12 = 5x
Perbedaan:
2x dikiri, 12 di kiri, 5x di kanan persamaan.
Gunakan
Operasi: Kurangkan 12 pada kedua ruas persamaan.
4.
Pernyataan
sekarang: 2x = 5x – 12
Perbedaan:
2x di kiri, 5x dan -12 di kanan persamaan.
Gunakan
Operasi: Kurangkan 5x pada kedua ruas persamaan
5.
Pernyataan
sekarang: 2x – 5x = -12
6.
Perbedaan:
2x di kiri, -5x di kiri dan -12 dikanan persamaan
Gunakan
Operasi: Sederhanakan ruas kiri persamaan
7.
Pernyataan
sekarang: -3x = -12
Perbedaan:
-3x di kiri dan -12 di kanan persamaan
Gunakan
Operasi: dikalikan pada ruas persamaan.
8.
Pernyataan
sekarang: x = 4
Perbedaan:
Tidak ada
Masalah
telah diselesaikan
60. CPS (Creative Problem Solving)
Model
pembelajaran CPS adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada
pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, kemudian diikuti dengan
penguatan keterampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu masalah, peserta didik
dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan
tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan
memecahkan masalah memperluas proses berpikir.
Langkah-langkah
Creative Problem Solving
a. Kegiatan
Awal
Guru
menanyakan kesiapan peserta didik untuk mengikuti pelajaran, guru mengulas
kembali materi sebelumnya sebagai prasyarat pada materi saat ini kemudian guru
menjelaskan aturan main dalam pelaksanaan metode pembelajaran CPS serta memberi
motivasi kepada peserta didik akan pentingnya pembahasan materi melalui pembelajaran
CPS.
b. Kegiatan
Inti
Peserta
didik membentuk kelompok kecil untuk melakukan small discussion. Tiap
kelompok terdiri atas 4-5 orang. Secara berkelompok, peserta didik memecahkan
permasalahan yang disajikan sesuai dengan petunjuk yang tersedia. Peserta didik
mendapat bimbingan dan arahan dari guru dalam memecahkan permasalahan (peranan
guru dalam hal ini menciptakan situasi yang dapat memudahkan munculnya
pertanyaan dan mengarahkan kegiatan brainstorming serta menumbuhkan situasi dan
kondisi lingkungan yang dihasilkan atas dasar interest peserta didik). Adapun
penekanan dalam pendampingan peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan
sebagai berikut:
o Klarifikasi
Masalah
Klarifikasi masalah
meliputi pemberian penjelasan kepada peserta didik tentang masalah yang
diajukan agar peserta didik dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa
yang diharapkan.
o Brainstorming/
Pengungkapan pendapat
Pada tahap ini peserta
didik dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam strategi
penyelesaian masalah, tidak ada sanggahan dalam mengungkapan ide gagasan satu
sama lain.
o Evaluasi
dan Seleksi
Pada tahap ini, setiap
kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi-strategi mana yang cocok
untuk menyelesaikan masalah.
Implementasi
Pada tahap ini, peserta didik menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut.
Pada tahap ini, peserta didik menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut.
c. Kegiatan
Akhir
Lebih
lanjut, perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil yang
telah didiskusikan ke depan kelas dan peserta lain menanggapinya. Kemudian guru
bersama peserta didik menyimpulkan hasil diskusi.
Kak, boleh minta referensi nya dapaet dari mana?? buat tugas.. bles ya mkasih
BalasHapuskak , saya boleh minta referensi-referensi buku model pembelajarannya ??thank you :)
BalasHapusmeiiratna@yahoo.com