Kamis, 14 Juni 2012

101 MODEL PEMBELAJARAN (Part 4)

46.  Problem Based Introductuon/ PBI (Pembelajaran Berdasarkan Masalah)
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi peserta didik, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Langkah-langkah :
a.       Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi peserta didik terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
b.      Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
c.       Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
d.      Guru membantu peserta didik dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
e.       Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
f.       Kesimpulan

47.  TAI (Team Assisted Individualy)
Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK). Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap peserta didik lain yang membutuhkan bantuan. Dalam model ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu peserta didik yang pandai bertanggung jawab terhadap peserta didik yang lemah. Peserta didik yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan peserta didik yang lemah dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut:
a.       Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
b.      Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 peserta didik dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah).
c.       Hasil belajar peserta didik secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok. peserta didik belajar kelompok dengan dibantu oleh peserta didik pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi.
d.      Guru memfasilitasi peserta didik dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
e.       Guru memberikan kuis kepada peserta didik secara individual.
f.       Guru memberi penghargaan bagi kelompok

48.  Demostration
Cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain ahli dalam topic bahasan yang harus didemonstrasikan. Metode ini biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang dilakukan, misalnya: proses mengerjakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, untuk mengetahui / melihat kebenaran sesuatu.
Langkah-langkah :
a.       Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b.      Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
c.       Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
d.      Menunjuk salah seorang peserta didik untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.
e.       Seluruh peserta didik memperhatikan demontrasi dan menganalisisnya.
f.       Tiap peserta didik mengemukakan hasil analisisnya dan juga pengalaman peserta didik didemontrasikan.
g.      Guru membuat kesimpulan.
 
49.   Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)
Pembelajaran efektif secara bersiklus, dimulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan prasyarat, eksplanasi berarti mengenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Bersiklus (cycle learning) yaitu :
a.       Peserta didik dikelompokan menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
b.      Fase eksplorasi, mengembangkan kreativitas anak dengan bantuan media untuk menemukan konsep yang dipelajari sehingga menimbulkan pengalaman baru untuk membangkitkan minat anak agar senang belajar matematika.
c.       Fase Invention, menciptakan suatu konsep, prinsip, serta hubungan-hubungan yang secara langsung berkaitan dengan hasil eksplorasi.
d.      Peserta didik diminta mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari situasi masalah yang diajukan. peserta didik diberi kesempatan untuk menerapkan  pemahaman baru pada konteks yang berbeda.
e.       Fase Discovery, peserta didik menemukan pemecahan masalahnya berdasarkan kesepakatan kelompok.
f.       Wakil dari kelompok peserta didik tampil di depan kelas mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
g.      Kelompok lain melengkapi, dan menyimpulkannya.

50.      Problem Posing
Bentuk lain dari problem posing adalah problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami.
Langkah-langkah Pendekatan Pembelajaran Problem Posing, yaitu :
a.       Peserta didik dikelompokkan 5 atau 6 orang yang heterogen
b.      Peserta didik dihadapkan pada situasi masalah
c.       Berdasarkan kesepakatan peserta didik menganalisis masalah dalam hal jalan keluar,  identifikasi kekeliruan,  meminimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan
d.      Berdasarkan kesepahaman peserta didik menyelesaikan masalah
e.       Peserta didik mempresentasikan hasil pemecahan masalah.

51.  CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition)
CIRC atau Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis yaitu sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga pelajaran eksak seperti pelajaran matematika.
Model pembelajaran ini, dibagi menjadi beberapa fase :
a.    Fase orientasi : Guru melakukan apersepsi dan pengetahuan awal peserta didik tentang materi yang akan diberikan. Selain itu juga memaparkan tujuan pembelajaran;
b.    Fase organisasi : Guru membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok, secara heterogen (4-5 anak). Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan dibahas kepada peserta didik. Selain itu menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan tugas yang harus diselesaikan
c.     Fase pengenalan konsep : Mengenalkan tentang suatu konsep baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, film, kliping, poster atau media lainnya.
d.   Fase publikasi : Peserta didik mengkomunikasikan hasil temuan-temuannya, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas baik dalam kelompok maupun di depan kelas.
e.    Fase penguatan dan refleksi : Guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang dipelajari melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam kehidupan seharihari.
f.     Evaluasi

52.   Model Pembelajaran Co-op Co-op
Co-op Co-op merupakan model pembelajaran kooperatif yang berorientasi pada tugas pembelajaran dan peserta didik mengendalikan apa dan bagaimana mempelajari bahan yang harus ditugaskan kepada mereka Setiap peserta didik mempunyai topik mini yang harus diselesaikan, dan setiap kelompok memberikan kontribusi yang menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.
a.    Pada awal memulai pembelajaran Co-op Co-op, guru mendorong peserta didik untuk menemukan dan mengekspresikan ketertarikan peserta didik terhadap subjek yang akan dipelajari.
b.    Guru mengatur peserta didik ke dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 peserta didik.
c.    Guru membiarkan peserta didik memilih topik untuk kelompok mereka.
d.   Tiap kelompok membagi topiknya untuk membuat pembagian tugas di antara anggota kelompok. Anggota kelompok didorong untuk saling berbagi referensi dan bahan pelajaran. Tiap topik kecil harus memberikan kontribusi yang unik bagi usaha kelompok.
e.    Setelah para peserta didik membagi topik kelompok mereka menjadi kelompok-kelompok kecil, mereka akan bekerja secara individual. Mereka akan bertanggung jawab terhadap topik kecil masing-masing karena keberhasilan kelompok bergantung pada mereka. Persiapan topik kecil dapat dilakukan dengan mengumpulkan referensi-referensi yag terkait.
f.     Setelah peserta didik menyelesaikan kerja individual mereka, mereka mempresentasikan topik kecil mereka kepada teman satu kelompoknya.
g.    Para peserta didik didorong untuk memadukan semua topik kecil dalam presentasi kelompok.
h.    Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya pada topik kelompok. Semua anggota kelompok bertanggung jawab terhadap presentasi kelompok.
i.      Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada tiga tingkatan, yaitu pada saat presentasi kelompok dievalusi oleh kelas, kontribusi individual terhadap kelompok dievaluasi oleh teman satu kelompok, presentasi kelompok dievaluasi oleh semua peserta didik.

53.   VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)
Model pembelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic. Pembelajaran VAK adalah strategi pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan alat indra yang dimiliki peserta didik.
·       Visualization adalah bahwa belajar harus menggunakan indra mata melalui mengamati,  menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga.
·       Auditory bermakna bahwa belajar haruslah mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, mengemukakan pendapat, gagasan, menanggapi dan beragumentasi.
·        Kinestetic bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik), belajar itu haruslah mengalami dan melakukan.
 Langkah-langkah Pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK), yaitu :
a.    Peserta didik dikelompokkan menjadi beberapa kelompok.
b.    Peserta didik diajukan untuk kolaborasi mengeksplor konsep melalui media, peserta didik mendemonstrasikan alat peraga untuk menggali konsep yang ada di LKS.
c.    Peserta didik bekerja kelompok, sharing, berbagi gagasan, wawasan, pengalaman, dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di LKS.
d.   Salah seorang peserta didik wakil dari kelompok mempresentasikan hasil kesepahaman dengan kelompoknya.
e.    kelompok lain menanggapi, melengkapi, dan menyimpulakan hasil diskusi.

54.  AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)
Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara peserta didik dilatih melalui pemberian tugas atau quis.
AIR adalah strategi pembelajaran yang efektif dengan memperhatikan tiga hal, yaitu :
·       Auditory, yang berarti indra telinga digunakan dalam belajar dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara, mengemukakan pemdapat, menanggapi, presentasi, dan argumentasi.
·       Intellectualy, yang berarti kemampuan berfikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mengkonstruksi, menerapkan gagasan, mengajukan pertanyaan, dan memecahkan masalah.
·       Repetition (pengulangan), yang berarti pemberian kuis, tugas PR agar pemahaman peserta didik lebih luas dan mendalam.
 Langkah-langkah  Strategi Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR), yaitu :
a.    Peserta didik dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
b.    Guru membagikan LKS.
c.    Guru mengarahkan dan memberi petunjuk cara penyelesaian konsep yang ada di LKS dengan cara eksplorasi media pembelajaran (auditory).
d.   Secara berpasangan peserta didik tampil di depan berbagi ide mendemonstrasikan media untuk memecahkan permasalahan (Intellectualy).
e.    Peserta didik mengerjakan lembar permasalahan secara individu dengan cara mengajukan pertanyaan (Intellectualy).
f.     Diskusi kelompok (sharing) berbicara, mengumpulkan informasi, membuat model, mengemukakan gagasan untuk memecahkan permasalahan yang diajukan (Intellectualy).
g.    Wakil dari kelompok tampil di depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, kelompok lain menanggapi, melengkapi, dan menyetujui kesepakatan (Intellectualy).
h.    Seorang peserta didik wakil dari kelompok kawan menyimpulkan (Intellectualy).
i.      Kegiatan penutupan peserta didik diberi kuis (Repetition).

Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku sosial. Dalam model pembelajaran ini, peserta didik didorong untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan berkenaan dengan suatu topik. Artinya, Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) membangun pemikiran, merefleksi, dan mengorganisasi ide, kemudian menguji ide tersebut sebelum peserta didik diharapkan untuk menulis.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
a.       Guru membagi Lembar Kerja Peserta didik (LKS) yang berisi masalah yang harus diselesaikan oleh peserta didik. Jika diperlukan diberikan sedikit petunjuk.
b.      Peserta didik membaca masalah yang ada dalam LKS dan membuat catatan kecil secara individu tentang apa yang ia ketahui dan tidak ketahui dalam masalah tersebut. Ketika peserta didik membuat catatan kecil inilah akan terjadi proses berpikir (think) pada peserta didik. Setelah itu peserta didik berusaha untuk meyelesaikan masalah tersebut secara individu.
c.       Peserta didik berdiskusi dengan teman dalam kelompok membahas isi catatan yang dibuatnya dan penyelesaian masalah dikerjakan secara individu (talk). Dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa dan kata-kata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide matematika dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan. Diskusi akan efektif jika anggota kelompok tidak terlalu banyak dan terdiri dari anggota kelompok dengan kemampuan yang heterogen.
d.      Dari hasil diskusi, peserta didik secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban atas soal (berisi landasan dan keterkaitan konsep, metode, dan solusi) dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri.
e.       Perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.
f.       Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu dipilih beberapa atau satu orang peserta didik sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawabannya, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.

56.  Pendekatan Pembelajaran Problem Terbuka (OE/ Open Ended).
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir peserta didik, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).
Langkah-langkah Pembelajarannya yaitu :
a.    Peserta didik dihadapkan pada problem terbuka yang menekankan bagaimana sampai pada suatu jawaban.
b.    Guru mengorganisasi pembelajaran, membimbing peserta didik dan memberikan pengarahan hingga peserta didik dapat belajar secara mandiri
c.    Peserta didik menemukan pola untuk mengkonstruksi permasalahannya sendiri.
d.   Peserta didik memecahkan masalah dengan banyak cara penyelesaian dan mungkin banyak jawaban.
e.    Peserta didik menyajikan hasil temuannya.
f.     Menyimpulkan

57.  Reciprocal Learning
Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana peserta didik mau belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mengemukan bahwa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis. Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.
Prosedur Pengajaran Terbalik, yaitu:
a.       membagikan bacaan pada hari ini
b.      menjelaskan bahwa Anda akan bertindak sebagai guru pada bagian pertama bacaan;
c.       meminta peserta didik membaca bagian yang telah ditetapkan
d.      setelah membaca, peserta didik disuruh melakukan pemodelan;
e.       meminta peserta didik membuat komentar tentang pengajaran guru;
f.       peserta didik yang lain membaca dalam hati bagian yang lain;
g.      memilih salah satu peserta didik yang berperan sebagai guru,
h.      membimbing peserta didik yang berperan sebagai guru, dan
i.        mengurangi bimbingan peserta didik yang berperan sebagai guru.

58.  SAVI
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki peserta didik. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
Langkah-langkah pembelajaran SAVI menurut Meier (2002 : 33-34), yaitu :
a.       Proses pembelajaran dikelompokan yang terdiri dari 5 atau 6 orang peserta didik yang heterogen.
b.      Proses pembelajaran menggunakan media.
c.       Mendemonstrasikan konsep matematika.
d.      Memecahkan masalah dalam kelompok.
e.       Presentasi hasil diskusi ke depan kelas.

59.  MEA (Means-Ends Analysis)
Means-Ends Analysis terdiri dari tiga unsur kata yakni; Mean, End dan Analysis. Mean menurut bahasa yakni berarti, banyaknya cara. Sedangkan End adalah akhir atau tujuan, dan Analysis berarti analisa atau penyelidikan secara sistematis. Jadi, Means-Ends Analysis adalah strategi belajar mengajar yang menganalisa suatu masalah dengan bermacam cara sehingga mendapatkan hasil atau tujuan akhir. pemecahan masalah yang dalam hal ini membagi masalah ke dalam masalah yang lebih sederhana, atau dari masalah yang khusus ke masalah yang lebih umum. Sehingga dengan begitu akan mendapatkan kesimpulan atau tujuan pembelajaran yang lebih dipahami dan dimengerti. Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan sintaks:
a.       Sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic,
b.      Menguraikan pernyataan  menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana,
c.       Identifikasi perbedaan antara pernyataan sekarang dan tujuan yang ditentukan.
d.      Susun sub-sub  masalah sehingga terjadi koneksivitas
e.       Mengurangi pernyataan dengan menggunakan operasi
f.       Ulangi sehingga mendapatkan tujuan akhir
g.       Pilih strategi solusi
Contoh :
Masalah: Selesaikan persamaan 2(x + 1) = 5(x - 2)
Rumusan Tujuan: Suku x berada di ruas kiri persamaan dan semua suku yang lain berada di ruas kiri persamaan.
Langkah-langkah:
1.    Pernyataan sekarang: 2(x + 1) = 5(x – 2)
Perbedaan: 2(x + 1) di kiri, dan 5(x-2) di kanan persamaan.
Gunakan Operasi: Pada ruas kiri 2 dikalikan dengan x dan 2 dikalikan dengan
1, pada ruas kanan 5 dikalikan dengan x dan 5 dikalikan dengan
2.    Pernyataan sekarang: 2x + 2 = 5x – 10
Perbedaan: 2x dikiri, 2 di kiri, 5x di kanan dan -10 di kanan persamaan.
Gunakan Operasi: Tambahkan 10 pada kedua ruas persamaan.
3.    Pernyataan sekarang: 2x + 12 = 5x
Perbedaan: 2x dikiri, 12 di kiri, 5x di kanan persamaan.
Gunakan Operasi: Kurangkan 12 pada kedua ruas persamaan.
4.    Pernyataan sekarang: 2x = 5x – 12
Perbedaan: 2x di kiri, 5x dan -12 di kanan persamaan.
Gunakan Operasi: Kurangkan 5x pada kedua ruas persamaan
5.    Pernyataan sekarang: 2x – 5x = -12
6.    Perbedaan: 2x di kiri, -5x di kiri dan -12 dikanan persamaan
Gunakan Operasi: Sederhanakan ruas kiri persamaan
7.    Pernyataan sekarang: -3x = -12
Perbedaan: -3x di kiri dan -12 di kanan persamaan
Gunakan Operasi:   dikalikan pada ruas persamaan.
8.    Pernyataan sekarang: x = 4
Perbedaan: Tidak ada
Masalah telah diselesaikan

60.  CPS (Creative Problem Solving)
Model pembelajaran CPS adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, kemudian diikuti dengan penguatan keterampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu masalah, peserta didik dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir.
Langkah-langkah Creative Problem Solving
a.    Kegiatan Awal
Guru menanyakan kesiapan peserta didik untuk mengikuti pelajaran, guru mengulas kembali materi sebelumnya sebagai prasyarat pada materi saat ini kemudian guru menjelaskan aturan main dalam pelaksanaan metode pembelajaran CPS serta memberi motivasi kepada peserta didik akan pentingnya pembahasan materi melalui pembelajaran CPS.
b.    Kegiatan Inti
Peserta didik membentuk kelompok kecil untuk melakukan small discussion. Tiap kelompok terdiri atas 4-5 orang. Secara berkelompok, peserta didik memecahkan permasalahan yang disajikan sesuai dengan petunjuk yang tersedia. Peserta didik mendapat bimbingan dan arahan dari guru dalam memecahkan permasalahan (peranan guru dalam hal ini menciptakan situasi yang dapat memudahkan munculnya pertanyaan dan mengarahkan kegiatan brainstorming serta menumbuhkan situasi dan kondisi lingkungan yang dihasilkan atas dasar interest peserta didik). Adapun penekanan dalam pendampingan peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan sebagai berikut:
o   Klarifikasi Masalah
Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada peserta didik tentang masalah yang diajukan agar peserta didik dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan. 
o   Brainstorming/ Pengungkapan pendapat
Pada tahap ini peserta didik dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah, tidak ada sanggahan dalam mengungkapan ide gagasan satu sama lain. 
o   Evaluasi dan Seleksi
Pada tahap ini, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi-strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah. 
Implementasi
Pada tahap ini, peserta didik menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut.
c.    Kegiatan Akhir
Lebih lanjut, perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil yang telah didiskusikan ke depan kelas dan peserta lain menanggapinya. Kemudian guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil diskusi.




2 komentar:

  1. Kak, boleh minta referensi nya dapaet dari mana?? buat tugas.. bles ya mkasih

    BalasHapus
  2. kak , saya boleh minta referensi-referensi buku model pembelajarannya ??thank you :)
    meiiratna@yahoo.com

    BalasHapus